Interaksi galaktik bisa menyebabkan efek besar pada bentuk piringan
galaksi. Lantas apa yang akan terjadi jika terdapat sebuah galaksi kecil
yang bercampur dengan bagian dari Galaksi Bima Sakti? Hasilnya
tidak cantik, mengacu pada pengamatan oleh Tim astronom Sergey Koposov
dan Vasily Belokurov (Universitas Cambridge), akan terjadi sungai
bintang mengalir dari galaksi tetangga, Sagittarius Dwarf Galaxy.
This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Jumat, 22 Juni 2012
Hembusan Gelembung di Sekitar Galaksi Kita !
10.05
No comments
Bumi memiliki banyak sekali satelit buatan yang mengorbit dirinya.
Tapi Bumi hanya punya satu satelit alam: Bulan. Galaksi tempat tinggal
kita – galaksi Bima Sakti – juga memiliki beberapa satelit alam yang
mengorbit dirinya. Satelit-satelit tersebut dikenal dengan nama galaksi
katai karena ukurannya yang jauh lebih kecil dari galaksi normal seperti
Bima Sakti. Yang menarik, astronom menamakan salah satu galaksi katai
yang mengorbit Bima Sakti dengan nama Awan Magellan Besar.
Awan Magellan Besar memiliki banyak area dimana bintang dilahirkan
atau kita sebut saja area itu palung kelahiran bintang atau pabrik
pembuatan bintang. Salah satunya seperti yang tampak pada foto di atas.
Foto tersebut diambil dengan teleskop bernama Very Large Telescope, yang
berada di sebuah negara si Amerika Selatan yakni di negara Chile.
Pabrik pembuatan bintang itu bisa ditemukan di dalam cincin berwarna merah pada foto. Pabrik itu berupa awan gas dan debu yang disebut “Gelembung Super”. Bentuk cincin dari gelembung super ini terbentuk akibat adanya kombinas kejadian yang keras dan merusak. Apa itu? Angin kencang dari bintang-bintang masif dan ledakan bintang melubangi bagian tengah awan itu meninggalkan bentuk cincin gas dan debu.
Setelah kekacauan dan kerusakan itu… muncullah bintang baru. Angin dan ledakan bintang pada dasarnya mendorong partikel gas dan debu untuk mengumpul di sekeliling bagian tepi gelembung super. Kalau partikel gas dan debu yang berkumpul bersama di satu area gelembung super sudah cukup, terbentuklah bintang baru karena bintang memang merupakan bola gas dan debu raksasa!
Inilah siklus kehidupan di alam semesta : ketika sebagian bintang mati, akan ada yang lainnya yang dilahirkan.
Fakta menarik : Lebar gelembung super lebih dari 60 kali lebih besar dari jarak Matahari ke Bintang terdekat. Bintang terdekat dari matahari adalah proxima centauri yang jaraknya 4,24 tahun cahaya.

Pabrik pembuatan bintang itu bisa ditemukan di dalam cincin berwarna merah pada foto. Pabrik itu berupa awan gas dan debu yang disebut “Gelembung Super”. Bentuk cincin dari gelembung super ini terbentuk akibat adanya kombinas kejadian yang keras dan merusak. Apa itu? Angin kencang dari bintang-bintang masif dan ledakan bintang melubangi bagian tengah awan itu meninggalkan bentuk cincin gas dan debu.
Setelah kekacauan dan kerusakan itu… muncullah bintang baru. Angin dan ledakan bintang pada dasarnya mendorong partikel gas dan debu untuk mengumpul di sekeliling bagian tepi gelembung super. Kalau partikel gas dan debu yang berkumpul bersama di satu area gelembung super sudah cukup, terbentuklah bintang baru karena bintang memang merupakan bola gas dan debu raksasa!
Inilah siklus kehidupan di alam semesta : ketika sebagian bintang mati, akan ada yang lainnya yang dilahirkan.
Fakta menarik : Lebar gelembung super lebih dari 60 kali lebih besar dari jarak Matahari ke Bintang terdekat. Bintang terdekat dari matahari adalah proxima centauri yang jaraknya 4,24 tahun cahaya.
Melihat dari dekat NGC 6357
10.03
No comments
Saat melakukan pemotretan dengan kamera yang canggih tentu kita
berharap bisa mendapatkan hasil foto yang detil dan tentu saja indah.
Itulah yang baru saja ditunjukkan oleh Very Large Telescope milik ESO yang memotret palung kelahiran bintang NGC 6357.
NGC 6357
Di dalam Galaksi Bima Sakti atau tepatnya di rasi bintang Scorpius (Si Kalajengking), terdapat sebah area yang dikenal sebagai NGC 6357. Awan kosmik NGC 6357 pertama kali direkam secara visual oleh John Herschel dari Afrika Selatan pada tahun 1837. Area yang diisi oleh awan gas dan debu ini merupakan palung kelahiran bagi bintang-bintang baru. Yang menarik, awan gas dan debu di dalam area ini sangat kacau bahkan mereka dinamai Nebula Perang dan Damai (War and Peace Nebula) oleh para ilmuwan Midscource Space Experiment. Tapi nama ini tidak ada hubungannya dengan novel karangan Leo Tolstoy.
NGC 6357
Di dalam Galaksi Bima Sakti atau tepatnya di rasi bintang Scorpius (Si Kalajengking), terdapat sebah area yang dikenal sebagai NGC 6357. Awan kosmik NGC 6357 pertama kali direkam secara visual oleh John Herschel dari Afrika Selatan pada tahun 1837. Area yang diisi oleh awan gas dan debu ini merupakan palung kelahiran bagi bintang-bintang baru. Yang menarik, awan gas dan debu di dalam area ini sangat kacau bahkan mereka dinamai Nebula Perang dan Damai (War and Peace Nebula) oleh para ilmuwan Midscource Space Experiment. Tapi nama ini tidak ada hubungannya dengan novel karangan Leo Tolstoy.
Selasa, 19 Juni 2012
Struktur di Bima Sakti Yang Dilihat Fermi
21.37
No comments
Alam semesta memang demikian luasnya dan meskipun satu per satu
misteri berhasil diungkapkan manusia, nun di sana masih ada misteri lain
yang menanti. Kali ini teleskop Sinar-X Fermi milik NASA berhasil
melihat keberadaan struktur yang tidak kasat mata di pusat Bima Sakti.
Struktur tersebut terentang sepanjang 50000 tahun cahaya dan diyakini
merupakan puing sisa letusan lubang hitam berukuran super yang ada di
pusat galaksi.
Pandangan Mata Fermi ke Pusat Galaksi
Dalam pengamatannya, Teleskop landas angkasa sinar-X Fermi melihat dua gelembung pancaran sinar-X yang merentang 25000 tahun cahaya ke utara dan selatan dari pusat galaksi. Struktur tersebut tampak merentang lebih dari setengah langit tampak dari rasi Virgo sampai rasi Grus, dan diyakini sudah berusia jutaan tahun.
Doug Finkbeiner dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics in Cambridge, Mass., bersama rekan-rekannya berhasil melihat gelembung pancaran cahaya tersebut dalam data yang diproses dari Large Area Telescope (LAT) Fermi.
Saat para astronom lain mempelajari sinar gamma mereka tidak mendeteksi gelembung tersebut dikarenakan keberadaan kabut sinar gamma yang tampak di seluruh angkasa. Kabut ini merupakan partikel yang bergerak dengan kecepatan hampir mendekati kecepatan cahaya yang kemudian berinteraksi dengan cahaya dan gas antar bintang di Bima Sakti.
Dalam melakukan pengamatan dengan menggunakan LAT, tim LAT dari waktu ke waktu terus menyempurnakan model yang bisa mengungkapkan sumber sinar gamma baru yang selama ini dikaburkan oleh emisi diffuse (emisi sebaran). Tim ini menggunakan berbagai perkiraan terkait dengan kabut sinar gamma untuk kemudian dilakukan isolasi terhadap kabut tersebut dari data LAT sehingga gelembung raksasa bisa tampak.
Petunjuk keberadaan struktur tersebut muncul pada data pengamatan sinar X sebelumnya oleh satelit Roentgen milik Jerman. Data tersebut mengindikasikan keberadaan tepi gelembung yang berada dekat pusat galaksi atau pada orientasi yang sama dengan Bima Sakti. Setelah itu, Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) milik NASA juga mendeteksi ekses dari sinyal radio pada posisi gelembung sinar gamma tersebut.
Setelah itu barulah dilakukan pengamatan dan pengumpulan data dari hasil sapuan seluruh langit yang dilakukan Fermi setiap 3 jam. Dan keberadaan struktur di Bima Sakti ini juga merupakan hasil pengumpulan data selama 2 tahun.
Asal Usul Struktur
Dari hasil pengamatan Fermi, para peneliti kemudian melakukan analisa
untuk bisa memahami bagaimana struktur yang belum pernah terlihat
sebelumnya itu bisa terbentuk. Emisi dari gelembung yang dilihat itu
jauh lebih kuat dibanding kabut sinar gamma yang terlihat di area lain
di Bima Sakti. Gelembung ini juga tampak memiliki tepi yang bisa
terdefinisi dengan baik atau bisa terlihat bentuk tepinya. Bentuk
struktur yang tampak menunjukkan kalau ia terbentuk dari sejumlah besar
energi yang terlepas dengan sangat cepat dari sumber yang masih
misterius.
salah satu kemungkinan yang diajukan sebagai asal usul struktur tersebut adalah jet atau letusan tiba-tiba dan dasyat dari lubang hitam di pusat galaksi.
Di galaksi lain, diketahui jet partikel yang sangat cepat itu memang ada dan ditenagai oleh materi yang runtuh ke pusat lubang hitam. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada bukti yang mengindikasikan keberadaan jet tersebut di lubang hitam yang ada di pusat Bima Sakti. Diperkirakan jet tersebut terjadi di masa lalu.
Kemungkinan lainnya, gelembung tersebut juga bisa terbentuk dari gas yang mengalir keluar dari ledakan saat pembentukan bintang, dalam hal ini peristiwa yang membentuk sebagian gugus bintang masif di pusat Bima Sakti beberapa juta tahun lalu. Di galaksi lain, ledakan bintang tersebut bisa memicu terjadinya aliran gas raksasa yang mengalir keluar.
Pandangan Mata Fermi ke Pusat Galaksi
Dalam pengamatannya, Teleskop landas angkasa sinar-X Fermi melihat dua gelembung pancaran sinar-X yang merentang 25000 tahun cahaya ke utara dan selatan dari pusat galaksi. Struktur tersebut tampak merentang lebih dari setengah langit tampak dari rasi Virgo sampai rasi Grus, dan diyakini sudah berusia jutaan tahun.
Doug Finkbeiner dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics in Cambridge, Mass., bersama rekan-rekannya berhasil melihat gelembung pancaran cahaya tersebut dalam data yang diproses dari Large Area Telescope (LAT) Fermi.
Saat para astronom lain mempelajari sinar gamma mereka tidak mendeteksi gelembung tersebut dikarenakan keberadaan kabut sinar gamma yang tampak di seluruh angkasa. Kabut ini merupakan partikel yang bergerak dengan kecepatan hampir mendekati kecepatan cahaya yang kemudian berinteraksi dengan cahaya dan gas antar bintang di Bima Sakti.
Dalam melakukan pengamatan dengan menggunakan LAT, tim LAT dari waktu ke waktu terus menyempurnakan model yang bisa mengungkapkan sumber sinar gamma baru yang selama ini dikaburkan oleh emisi diffuse (emisi sebaran). Tim ini menggunakan berbagai perkiraan terkait dengan kabut sinar gamma untuk kemudian dilakukan isolasi terhadap kabut tersebut dari data LAT sehingga gelembung raksasa bisa tampak.
Petunjuk keberadaan struktur tersebut muncul pada data pengamatan sinar X sebelumnya oleh satelit Roentgen milik Jerman. Data tersebut mengindikasikan keberadaan tepi gelembung yang berada dekat pusat galaksi atau pada orientasi yang sama dengan Bima Sakti. Setelah itu, Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) milik NASA juga mendeteksi ekses dari sinyal radio pada posisi gelembung sinar gamma tersebut.
Setelah itu barulah dilakukan pengamatan dan pengumpulan data dari hasil sapuan seluruh langit yang dilakukan Fermi setiap 3 jam. Dan keberadaan struktur di Bima Sakti ini juga merupakan hasil pengumpulan data selama 2 tahun.
Asal Usul Struktur
salah satu kemungkinan yang diajukan sebagai asal usul struktur tersebut adalah jet atau letusan tiba-tiba dan dasyat dari lubang hitam di pusat galaksi.
Di galaksi lain, diketahui jet partikel yang sangat cepat itu memang ada dan ditenagai oleh materi yang runtuh ke pusat lubang hitam. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada bukti yang mengindikasikan keberadaan jet tersebut di lubang hitam yang ada di pusat Bima Sakti. Diperkirakan jet tersebut terjadi di masa lalu.
Kemungkinan lainnya, gelembung tersebut juga bisa terbentuk dari gas yang mengalir keluar dari ledakan saat pembentukan bintang, dalam hal ini peristiwa yang membentuk sebagian gugus bintang masif di pusat Bima Sakti beberapa juta tahun lalu. Di galaksi lain, ledakan bintang tersebut bisa memicu terjadinya aliran gas raksasa yang mengalir keluar.
Lubang Hitam Tetangga Yang Lemah
21.06
No comments
Selama lebih dari 10 tahun Chandra X-ray Observatory milik NASA telah
berulang kali melakukan pengamatan pada galaksi Andromeda. Dan kalau
digabungkan, pengamatan tersebut sudah hampir mencapai 1 juta detik.
Data yang didapatkan Chandra inilah yang memberikan gambaran yang belum pernah ada sebelumnya dari lubang hitam supermasif terdekat yang berada di luar Bima Sakti.
Lubang Hitam di Pusat Galaksi
Dalam setiap galaksi diyakini ada lubang hitam super masif di pusatnya. Lubang hitam yang massanya jutaan kali lebih masif dari Matahari ini ada di inti galaksi termasuk di dalamnya galaksi Bima Sakti. Dan pada jarak kurang dari 3 juta tahun cahaya dari Bumi, ada galaksi Andromeda aka M31 beserta lubang hitam di pusatnya yang memberi dirinya untuk dipelajari dengan detil.
Lubang hitam di Andromeda aka M31 secara mengejutkan ternyata cukup tenang. Bahkan, lubang hitam andromeda aka M31* ternyata lebih redup 10 sampai 100 kali dalam sinar X sehingga para astronom pun memperkirakan keberadaan waduk gas di sekelilingnya. Lubang hitam di Andromeda dan Bima Sakti termasuk yang lemah, dan kedua anti quasar ini menjadi laboratorium khusus yang dapat digunakan untuk mempelajari tipe paling redup dari akresi yang terlihat di lubang hitam.
Lubang Hitam Redup dan lemah
Pengamatan dan penelitian yang dilakukan Chandra selama satu dekade justru mengungkapkan M31* berada pada kondisi yang sangat redup, tenang sebelum 2006. Pada tanggal 6 Januari 2006, lubang hitam ini memiliki kecerlangan lebih dari ratusan kali yang disebabkan oleh semburan atau semacam ledakan sinar-X. Kejadian ini juga sekaligus menjadi yang pertama kali terlihat dari lubang hitam super masif dekat, dalam hal ini pada alam semesta lokal.
Setelah kejadian semburan sinar X tersebut, lubang hitam M31* memasuki kondisi yang redup sekitar 10 kali lebih terang atau kisaran 100 kali lebih terang dan masih berada pada kecerlangan rata-rata dibanding sebelum tahun 2006. yang menarik, ledakan yang terjadi tersebut memiliki laju jatuh materi ke dalam M31* yang relatif tinggi, kemudian perlahan laju jatuhnya semakin kecil.
Apa yang terjadi ?
Walau detilnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa kemungkinan yang diperkirakan terjadi di sekeliling lubang hitam di Andromeda.
Mengapa bisa redup dibanding sebelum 2006? Tampaknya kecerlangan yang meredup sejak tahun 2006 terjadi karena M31* menangkap angin dari bintang yang mengorbit, atau bisa juga karena keberadaan awan gas yang bergerak spiral masuk ke dalam lubang hitam. Peningkatan laju jatuhnya materi ke dalam lubang hitam inilah yang diprediksi menjadi penyebab kecerlangan sinar-X dari jet relativistik.
Penyebab semburan sinar X pada tahun 2006 juga masih belum jelas namun diperkirakan hal tersebut terjadi karena adanya pelepasan energi secara mendadak, seperti misalnya medan magnit dalam piringan di sekitar lubang hitam yang tiba-tiba terkoneksi dan menjadi sangat kuat.
Kondisi ini sangat penting untuk dipahami karena akresi materi ke dalam lubang hitam merupakan salah satu proses mendasar yang mengatur evolusi galaksi. Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa lubang hitam di Bima Sakti yang lemah, dengan perilaku tertentu memiliki kemungkinan sebagai sesuatu yang khas untuk lubang hitam yang ada sekarang.
Data yang didapatkan Chandra inilah yang memberikan gambaran yang belum pernah ada sebelumnya dari lubang hitam supermasif terdekat yang berada di luar Bima Sakti.
Lubang Hitam di Pusat Galaksi
Dalam setiap galaksi diyakini ada lubang hitam super masif di pusatnya. Lubang hitam yang massanya jutaan kali lebih masif dari Matahari ini ada di inti galaksi termasuk di dalamnya galaksi Bima Sakti. Dan pada jarak kurang dari 3 juta tahun cahaya dari Bumi, ada galaksi Andromeda aka M31 beserta lubang hitam di pusatnya yang memberi dirinya untuk dipelajari dengan detil.
Lubang hitam di Andromeda aka M31 secara mengejutkan ternyata cukup tenang. Bahkan, lubang hitam andromeda aka M31* ternyata lebih redup 10 sampai 100 kali dalam sinar X sehingga para astronom pun memperkirakan keberadaan waduk gas di sekelilingnya. Lubang hitam di Andromeda dan Bima Sakti termasuk yang lemah, dan kedua anti quasar ini menjadi laboratorium khusus yang dapat digunakan untuk mempelajari tipe paling redup dari akresi yang terlihat di lubang hitam.
Lubang Hitam Redup dan lemah
Pengamatan dan penelitian yang dilakukan Chandra selama satu dekade justru mengungkapkan M31* berada pada kondisi yang sangat redup, tenang sebelum 2006. Pada tanggal 6 Januari 2006, lubang hitam ini memiliki kecerlangan lebih dari ratusan kali yang disebabkan oleh semburan atau semacam ledakan sinar-X. Kejadian ini juga sekaligus menjadi yang pertama kali terlihat dari lubang hitam super masif dekat, dalam hal ini pada alam semesta lokal.
Setelah kejadian semburan sinar X tersebut, lubang hitam M31* memasuki kondisi yang redup sekitar 10 kali lebih terang atau kisaran 100 kali lebih terang dan masih berada pada kecerlangan rata-rata dibanding sebelum tahun 2006. yang menarik, ledakan yang terjadi tersebut memiliki laju jatuh materi ke dalam M31* yang relatif tinggi, kemudian perlahan laju jatuhnya semakin kecil.
Apa yang terjadi ?
Walau detilnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa kemungkinan yang diperkirakan terjadi di sekeliling lubang hitam di Andromeda.
Mengapa bisa redup dibanding sebelum 2006? Tampaknya kecerlangan yang meredup sejak tahun 2006 terjadi karena M31* menangkap angin dari bintang yang mengorbit, atau bisa juga karena keberadaan awan gas yang bergerak spiral masuk ke dalam lubang hitam. Peningkatan laju jatuhnya materi ke dalam lubang hitam inilah yang diprediksi menjadi penyebab kecerlangan sinar-X dari jet relativistik.
Penyebab semburan sinar X pada tahun 2006 juga masih belum jelas namun diperkirakan hal tersebut terjadi karena adanya pelepasan energi secara mendadak, seperti misalnya medan magnit dalam piringan di sekitar lubang hitam yang tiba-tiba terkoneksi dan menjadi sangat kuat.
Kondisi ini sangat penting untuk dipahami karena akresi materi ke dalam lubang hitam merupakan salah satu proses mendasar yang mengatur evolusi galaksi. Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa lubang hitam di Bima Sakti yang lemah, dengan perilaku tertentu memiliki kemungkinan sebagai sesuatu yang khas untuk lubang hitam yang ada sekarang.
Tabrakan 2 Galaksi dalam Galaksi Atoms-for-Peace
21.04
No comments
Foto dari berbagai benda langit senantiasa membawa manusia pada
kekaguman ketika melihat satu per satu obyek yang ada di luar jangkauan
manusia. Kali ini sebuah citra baru kembali dihasilkan oleh para
astronomi di ESO.
Citra tersebut memperlihatan keindahan galaksi Atoms-for-Peace atau NGC 7252. Tampak pada citra tersebut galaksi ini bertumbuh menjadi lebih besar sebagai akibat tabrakan dua galaksi. Kejadian tabrakan dua galaksi jelas menjadi hal menarik bagi para astronom, karena para pengamat di Bumi ini bisa mendapatkan berbagai informasi untuk mempelajari bagaimana tabrakan dan penggabungan dua galaksi bisa mempengaruhi evolusi alam semesta.
Citra tersebut memperlihatan keindahan galaksi Atoms-for-Peace atau NGC 7252. Tampak pada citra tersebut galaksi ini bertumbuh menjadi lebih besar sebagai akibat tabrakan dua galaksi. Kejadian tabrakan dua galaksi jelas menjadi hal menarik bagi para astronom, karena para pengamat di Bumi ini bisa mendapatkan berbagai informasi untuk mempelajari bagaimana tabrakan dan penggabungan dua galaksi bisa mempengaruhi evolusi alam semesta.
Galaksi yang Bermain Tarik Tambang
21.00
No comments
Di alam semesta, galaksi-galaksi biasanya terpisah jauh antara satu
dengan yang lainya. Jarak antar galaksi itu jauhnya benar-benar jauh.
Sebagai contoh, jarak dari galaksi Bima Sakti ke galaksi tetangga kita
yaitu galaksi Andromeda ternyata sangat jauh setara dengan 25 galaksi
seukuran Bima Sakti yang diatur berbaris. Jadi itulah jarak dari galaksi
Bima Sakti ke galaksi tetangganya.
Tapi, ada yang berbeda. Dua galaksi raksasa yang ada dalam foto di atas memiliki jarak yang sangat dekat, hanya setengah ukuran galaksi Bima Sakti!
Jika dilihat dari dekat, tampak kedua galaksi memiliki bentuk spiral dan disebut juga galaksi spiral. Galaksi spiral ini memiliki piringan pipih yang berputar dan terdiri dari bintang, debu dan gas. Galaksi spiral memiliki lengan spiral yang terdiri dari bintang dan gas, berputar mengelilingi pusat galaksi.
Tapi, ada yang berbeda. Dua galaksi raksasa yang ada dalam foto di atas memiliki jarak yang sangat dekat, hanya setengah ukuran galaksi Bima Sakti!
Jika dilihat dari dekat, tampak kedua galaksi memiliki bentuk spiral dan disebut juga galaksi spiral. Galaksi spiral ini memiliki piringan pipih yang berputar dan terdiri dari bintang, debu dan gas. Galaksi spiral memiliki lengan spiral yang terdiri dari bintang dan gas, berputar mengelilingi pusat galaksi.
Deneb: A distant and very luminous star
15.37
No comments
The best estimates for Deneb’s distance likely are those obtained by the Hipparcos Space Astrometry Mission in the 1990s. A simple calculation from initial Hipparcos data gives the figure of 3,230 light-years, whereas the refined data yield just over 1,400 light-years. At any of these estimates distances, Deneb is one of the farthest stars the unaided human eye can see. It is so far, that the light that reaches the Earth today started on its journey well more than 1,000 years ago.
In order for us to see it at its enormous distance, Deneb must also be tremendously bright and energetic. Among the 20 brightest stars, only Rigel in Orion surpasses Deneb in intrinsic brightness. Deneb is an A2Ia star, which says that it is white hot (A2) and a supergiant star (Ia). Prof. James Kaler, using the figure of 2,600 light years as the distance, estimated a diameter 200 times greater than our sun, and about a quarter of a million times brighter in visible light. Considering its spectral classification (A2), Deneb must have a surface temperature between about 8500 to 9000 kelvins (roughly 14,800 to 15,700 degrees F).
Deneb is not the biggest star in the Milky Way. Betelgeuse and Antares, among others, are larger. But Deneb may well be the most energetic (based on the amount of electromagnetic radiation it produces) of the A-type stars. The famed North American nebula, a large cloud of glowing gas in the shape of the continent, likely is glowing in a process similar to fluorescence, energized by the radiation of Deneb.
Altair: Blue star of the Eagle
Altair is only 16.8 light-years away from Earth, making it one of our nearer stellar neighbors. At least two features of the star Altair make it distinctive.
First, Altair rotates rapidly. This star requires only about 10 hours to spin once on its axis, in contrast to 24 hours for our Earth to spin or roughly a month for our sun. In other words, this mighty star spins on its axis more rapidly than Earth! This rapid rotation tends to flatten the star a bit, much as a pizza crust flattens as it spins. Estimates are roughly that Altair’s flattening is about 14 percent. The sun also is an oblate spheroid, although its flattening is difficult to measure due to the low rotation rate.
How to see it
Altair is the 12th brightest star, and so it is respectably bright (apparent magnitude 0.76 or 0.77), a fact that increases your likelihood of spotting it in summer or autumn skies. What’s more, Altair is flanked by two other stars, Tarazed and Alshain. When you see them, you might think of these stars as walking three abreast and arm-in-arm across the heavenly sphere.
Altair is also known as Alpha Aquilae, and it is the brightest star in the constellation Aquila the Eagle.
What’s more, stargazers know Altair as part of an entirely different and much-larger – but very recognizable – pattern. Altair is the southern apex of the Summer Triangle, which is also composed of the stars Vega and Deneb.
On the first of June, Altair rises about 90 minutes after sunset, as viewed from mid-north latitudes. By the end of September it approaches the meridian as night falls. By the end of the year, late-night observers will miss it altogether as it sets less than three hours after the sun.
Many depictions place Altair as the head or neck of an eagle with outstretched wings. The tips of the wings are formed by the Theta and Zeta stars of the constellation Aquila the Eagle, with the tail being Lambda. Once visualized, Aquila the Eagle can be seen flying eastward through the Milky Way, apparently about to devour the tiny constellation Delphinus, the Dolphin.
First, Altair rotates rapidly. This star requires only about 10 hours to spin once on its axis, in contrast to 24 hours for our Earth to spin or roughly a month for our sun. In other words, this mighty star spins on its axis more rapidly than Earth! This rapid rotation tends to flatten the star a bit, much as a pizza crust flattens as it spins. Estimates are roughly that Altair’s flattening is about 14 percent. The sun also is an oblate spheroid, although its flattening is difficult to measure due to the low rotation rate.
How to see it
Altair is the 12th brightest star, and so it is respectably bright (apparent magnitude 0.76 or 0.77), a fact that increases your likelihood of spotting it in summer or autumn skies. What’s more, Altair is flanked by two other stars, Tarazed and Alshain. When you see them, you might think of these stars as walking three abreast and arm-in-arm across the heavenly sphere.
Altair is also known as Alpha Aquilae, and it is the brightest star in the constellation Aquila the Eagle.
What’s more, stargazers know Altair as part of an entirely different and much-larger – but very recognizable – pattern. Altair is the southern apex of the Summer Triangle, which is also composed of the stars Vega and Deneb.
On the first of June, Altair rises about 90 minutes after sunset, as viewed from mid-north latitudes. By the end of September it approaches the meridian as night falls. By the end of the year, late-night observers will miss it altogether as it sets less than three hours after the sun.
Many depictions place Altair as the head or neck of an eagle with outstretched wings. The tips of the wings are formed by the Theta and Zeta stars of the constellation Aquila the Eagle, with the tail being Lambda. Once visualized, Aquila the Eagle can be seen flying eastward through the Milky Way, apparently about to devour the tiny constellation Delphinus, the Dolphin.
black holes As particle detectors
Previously undiscovered particles could be detected as they accumulate around black holes say Scientists at the Vienna University of Technology.Finding new particles usually requires high energies – that is why huge accelerators have been built, which can accelerate particles to almost the speed of light. But there are other creative ways of finding new particles: At the Vienna University of Technology, scientists presented a method to prove the existence of hypothetical “axions”. These axions could accumulate around a black hole and extract energy from it. This process could emit gravity waves, which could then be measured.
Axions are hypothetical particles with a very low mass. According to Einstein, mass is directly related to energy, and therefore very little energy is required to produce axions. “The existence of axions is not proven, but it is considered to be quite likely”, says Daniel Grumiller. Together with Gabriela Mocanu he calculated at the Vienna University of Technology (Institute for Theoretical Physics), how axions could be detected





















